Posted by rampak naong - -

kangfuad.wordpress.com
Selamat pagi . Mari kita salaman. Sepertinya kita perlu ngopi bersama sambil belajar memerdekakan diri dengan senyuman. Menyapa dengan wajah riang. Menyambut keragaman dan perbedaan dengan lapang. Sudah penuh sasak dada ini mendengar gerutu, caci maki, keluhan, dan bahasa yang kosong tanpa makna. Berseleweran menguliti rasa kemanusiaan. Perih rasanya. Ya... saya hanya ingin sejenak diam dalam kesenyapan, kesunyian, dan kesederhanaan. Sambil berharap menetaskan mutiara dalam ucap, tindakan, gesture, perasaan, kesadaran, dan cara pikir yang memungkinkan saya memahami makna menjadi manusia. Lengkap dengan kemanusiannya.

Selamat pagi. Mari kita salaman. Sepertinya kita perlu ngopi bersama sambil berdiskusi tentang perlunya memerdekakan diri dari kerakusan. Belajar mengeja makna berbagi tak henti-henti. Karena di situlah letak kebahagiaan berada sebagai sesama manusia yang hidup dalam satu bangsa. Indonesia namanya. Sudah penuh sesak dada ini melihat perceraian kemanusian kita lakukan setiap hari. Saling injak, saling sikat, saling tusuk, saling tendang, saling bantai tanpa menyisakan penyesalan. Saya tidak tahu tiba-tiba masing-masing diri kita menjadi raksasa yang melihat orang lain begitu kecilnya dan layak menjadi mangsa. Ya..kita begitu rakusnya. Ingin menguasai semua tanpa berpikir bahwa ada hak orang lain. Kerakusan itu menelusup ke dalam pori-pori kita. Semua yang ada dalam diri kita sudah dikuasainya. Mulut, telinga, hidung, mata, tangan, kaki, paha, bahkan (maaf) alat vital telah menjelma menjadi mesin kerakusan yang menggiling kesadaran pemiliknya. 

Selamat pagi. Mari kita salaman. Sepertinya kita perlu ngopi bersama. Berbicara dari hati ke hati tentang perlunya kembali meracik imagi kebangsaan. Imagi kebangsaan yang tentu saja dekat dengan bau keringat si kecil. Yang membahagiannya bahwa bangsa ini juga punya mereka. Bukan hanya punya kita. Apalagi segelintir elit yang meraja.

Selamat pagi. Mari kita salaman. Sepertinya kita butuh meracik kopi bersama dan meracik imagi kebangsaan yang mulai memunah. Cukup meminum. Tak perlu menyenggol kopi sebelah. Dan mari kita mulai bicara dari hati ke hati. Dengan senyuman. Dengan ketulusan. Tak perlu teriak. Tak perlu ngotot. Tak perlu marah. Cukup dengan suara lirih tapi mengetarkan. Karena kita bicara tentang masalah di tingkat akar.

Selamat pagi semua. Mari mulai meracik kopi dan imagi kebangsaan yang mulai memunah
Selamat pagi . Mari kita salaman. Sepertinya kita perlu ngopi bersama sambil belajar memerdekakan diri dengan senyuman. Menyapa dengan wajah riang. Menyambut keragaman dan perbedaan dengan lapang. Sudah penuh sasak dada ini mendengar gerutu, caci maki, keluhan, dan bahasa yang kosong tanpa makna. Berseleweran menguliti rasa kemanusiaan. Perih rasanya. Ya... saya hanya ingin sejenak diam dalam kesenyapan, kesunyian, dan kesederhanaan. Sambil berharap menetaskan mutiara dalam ucap, tindakan, gesture, perasaan, kesadaran, dan cara pikir yang memungkinkan saya memahami makna menjadi manusia. Lengkap dengan kemanusiannya.

Selamat pagi. Mari kita salaman. Sepertinya kita perlu ngopi bersama sambil berdiskusi tentang perlunya memerdekakan diri dari kerakusan. Belajar mengeja makna berbagi tak henti-henti. Karena di situlah letak kebahagiaan berada sebagai sesama manusia yang hidup dalam satu bangsa. Indonesia namanya. Sudah penuh sesak dada ini melihat perceraian kemanusian kita lakukan setiap hari. Saling injak, saling sikat, saling tusuk, saling tendang, saling bantai tanpa menyisakan penyesalan. Saya tidak tahu tiba-tiba masing-masing diri kita menjadi raksasa yang melihat orang lain begitu kecilnya dan layak menjadi mangsa. Ya..kita begitu rakusnya. Ingin menguasai semua tanpa berpikir bahwa ada hak orang lain. Kerakusan itu menelusup ke dalam pori-pori kita. Semua yang ada dalam diri kita sudah dikuasainya. Mulut, telinga, hidung, mata, tangan, kaki, paha, bahkan (maaf) alat vital telah menjelma menjadi mesin kerakusan yang menggiling kesadaran pemiliknya. 

Selamat pagi. Mari kita salaman. Sepertinya kita perlu ngopi bersama. Berbicara dari hati ke hati tentang perlunya kembali meracik imagi kebangsaan. Imagi kebangsaan yang tentu saja dekat dengan bau keringat si kecil. Yang membahagiannya bahwa bangsa ini juga punya mereka. Bukan hanya punya kita. Apalagi segelintir elit yang meraja.

Selamat pagi. Mari kita salaman. Sepertinya kita butuh meracik kopi bersama dan meracik imagi kebangsaan yang mulai memunah. Cukup meminum. Tak perlu menyenggol kopi sebelah. Dan mari kita mulai bicara dari hati ke hati. Dengan senyuman. Dengan ketulusan. Tak perlu teriak. Tak perlu ngotot. Tak perlu marah. Cukup dengan suara lirih tapi mengetarkan. Karena kita bicara tentang masalah di tingkat akar.

Selamat pagi semua. Mari mulai meracik kopi dan imagi kebangsaan yang mulai memunah