Posted by rampak naong - -

sragenpos.com

Era informasi saat ini telah menampilkan fakta mencengangkan. Anak di sebuah desa pedalaman sudah biasa mengakses internet melalui HP atau warnet-warnet terjangkau sambil menikmati informasi yang tidak semuanya mendidik.

Benar jika dikatakan bahwa saat ini informasi ibarat sampah. Meluber dan membuat banjir. Setiap hitungan detik dan menit seseorang yang hidup di pedalaman desa sekalipun, disuguhi aneka macam informasi yang tidak selalu berguna. Dalam kondisi gagap, sulit seseorang dengan bijak menyikapi sampah informasi itu. Bahkan ia bisa menjadi lebur diseret kekacauan makna yang dihadirkan oleh silang sengkarut informasi itu.

Menyikapi ini tentu sekolah sejatinya tidak bisa diam. Sekolah dengan sekuat tenaga harus memberikan alas bagaimana siswa melek literasi sehingga tidak gagap dalam menyikapinya. Diharapkan siswa nantinya bisa mengolah, mencerna, memilah, memilih, dan akhirnya menyikapi setiap informasi yang berseleweran secara cerdas dan bijak. Cerdas dan bijak ditentukan oleh kemampuannya membaca informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya, agamanya, lokalitasnya, dan juga karakter bangsanya.

Atas dasar ini, madrasah tempat saya mengajar di tahun ajaran ini mendesain program pengembangan literasi. Gagasan ini sebenarnya saya adopsi dari seorang Kepala Sekolah SMA 3 Annuqayah, Guluk-Guluk Sumenep yang juga seorang bloger, M Mushthafa. Di SMA 3 baru akan diberlakukan tahun ini juga. Ini mungkin cara yang paling sederhana membekali siswa secara lebih kritis menyikapi banjir informasi.

Ada beberapa bentuk kegiatan dalam usaha mengembangkan keterampilan literasi para siswa :

1. Satu Siswa Satu Buku, kegiatan ini mewajibkan setiap siswa membaca satu buku yang sudah ditentukan madrasah dalam satu semester. Tidak hanya baca, setiap siswa diwajibkan membuat review dalam bentuk catatan harian berdasar pengalaman membaca buku tersebut. Dan review ini sebagai syarat untuk mengikuti ujian semester.

2. Perpustakaan Masuk Kelas. Kegiatan ini menyediakan artikel bagus dan inspiratif yang ditulis oleh kolomnis-kolomnis terkenal tetapi yang yang bisa dicerna oleh siswa. Tulisan ini sekali baca habis, kira-kira panjang tulisan cuma 1-1,5 halaman kwarto. Tulisan ini difoto copy sebanyak siswa. Atas dasar budi baik M Mushthafa saya sudah memperoleh soft copy 12 judul tulisan.

3. Madrasah saya juga akan menerbitkan blog yang pewartanya seluruhnya siswa. Segenap kegiatan di madrasah akan diliput oleh siswa dan akan di-publish di blog madrasah. Termasuk tulisan yang siswa yang bagus akan dimuat juga di blog ini. Para guru cukup menjadi admin yang momoderasi dan mengelola blog ini. Blog ini sebagai media bagi siswa untuk belajar menulis di samping menjadi dokumentasi dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan madrasah. Untuk menyemangati siswa, yang berpatisipasi di blog akan diberi penghargaan.

Buku Jenis Apa?

Tentang buku-buku yang wajib dibaca oleh siswa pihak madrasah memilih buku-buku yang inspiring tentu yang sesuai dengan visi madrasah kami. Melalui wajib baca ini madrasah ingin menanamkan karakter kepesantrenan, keislaman dan keindonesiaan, karakter tahan banting, kemandirian dan peka terhadap sesama. Sudah ada 30 judul buku yang di-list pihak madrasah dan sekarang tahapannya sudah memasuki tahap pengadaan.

Buku yang akan dibeli disesuaikan dengan jumlah siswa. Siswa kami saat ini ada 370, berarti buku wajib disediakan 370 buku. Hitungannya tiap tingkatan kelas ada 10 judul buku. Di luar buku-buku yang diwajibkan dibaca ini, perpustakaan tetap menyediakan buku-buku lainnya. Wajib baca ini hanya mendorong siswa cinta (baca) buku.

Kira-kira desain gerakan literasi di madrasah kami seperti itu. Ke depan jika dalam pelaksanaannya bagus akan terus dikembangkan misalnya mengadakan arisan buku, komunitas book lovers, dsb. Semoga gerakan literasi ini bisa melahirkan siswa-siswa yang suka (membaca) buku, kritis terhadap informasi, dan akhirnya menjadi siswa yang tidak gagap memasuki era informasi yang satu sisi makin mengosongkan makna ini.

Matorsakalangkong

Pulau Garam | 26 Juli 2013 

Era informasi saat ini telah menampilkan fakta mencengangkan. Anak di sebuah desa pedalaman sudah biasa mengakses internet melalui HP atau warnet-warnet terjangkau sambil menikmati informasi yang tidak semuanya mendidik.

Benar jika dikatakan bahwa saat ini informasi ibarat sampah. Meluber dan membuat banjir. Setiap hitungan detik dan menit seseorang yang hidup di pedalaman desa sekalipun, disuguhi aneka macam informasi yang tidak selalu berguna. Dalam kondisi gagap, sulit seseorang dengan bijak menyikapi sampah informasi itu. Bahkan ia bisa menjadi lebur diseret kekacauan makna yang dihadirkan oleh silang sengkarut informasi itu.

Menyikapi ini tentu sekolah sejatinya tidak bisa diam. Sekolah dengan sekuat tenaga harus memberikan alas bagaimana siswa melek literasi sehingga tidak gagap dalam menyikapinya. Diharapkan siswa nantinya bisa mengolah, mencerna, memilah, memilih, dan akhirnya menyikapi setiap informasi yang berseleweran secara cerdas dan bijak. Cerdas dan bijak ditentukan oleh kemampuannya membaca informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya, agamanya, lokalitasnya, dan juga karakter bangsanya.

Atas dasar ini, madrasah tempat saya mengajar di tahun ajaran ini mendesain program pengembangan literasi. Gagasan ini sebenarnya saya adopsi dari seorang Kepala Sekolah SMA 3 Annuqayah, Guluk-Guluk Sumenep yang juga seorang bloger, M Mushthafa. Di SMA 3 baru akan diberlakukan tahun ini juga. Ini mungkin cara yang paling sederhana membekali siswa secara lebih kritis menyikapi banjir informasi.

Ada beberapa bentuk kegiatan dalam usaha mengembangkan keterampilan literasi para siswa :

  1. Satu Siswa Satu Buku, kegiatan ini mewajibkan setiap siswa membaca satu buku yang sudah ditentukan madrasah dalam satu semester. Tidak hanya baca, setiap siswa diwajibkan membuat review dalam bentuk catatan harian berdasar pengalaman membaca buku tersebut. Dan review ini sebagai syarat untuk mengikuti ujian semester.
  2. Perpustakaan Masuk Kelas. Kegiatan ini menyediakan artikel bagus dan inspiratif yang ditulis oleh kolomnis-kolomnis terkenal tetapi yang yang bisa dicerna oleh siswa. Tulisan ini sekali baca habis, kira-kira panjang tulisan cuma 1-1,5 halaman kwarto. Tulisan ini difoto copy sebanyak siswa. Atas dasar budi baik M Mushthafa saya sudah memperoleh soft copy 12 judul tulisan.
  3. Madrasah saya juga akan menerbitkan blog yang pewartanya seluruhnya siswa. Segenap kegiatan di madrasah akan diliput oleh siswa dan akan di-publish di blog madrasah. Termasuk tulisan yang siswa yang bagus akan dimuat juga di blog ini. Para guru cukup menjadi admin yang momoderasi dan mengelola blog ini. Blog ini sebagai media bagi siswa untuk belajar menulis di samping menjadi dokumentasi dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan madrasah. Untuk menyemangati siswa, yang berpatisipasi di blog akan diberi penghargaan.

Buku Jenis Apa?
Tentang buku-buku yang wajib dibaca oleh siswa pihak madrasah memilih buku-buku yang inspiring tentu yang sesuai dengan visi madrasah kami. Melalui wajib baca ini madrasah ingin menanamkan karakter kepesantrenan, keislaman dan keindonesiaan, karakter tahan banting, kemandirian dan peka terhadap sesama. Sudah ada 30 judul buku yang di-list pihak madrasah dan sekarang tahapannya sudah memasuki tahap pengadaan.

Buku yang akan dibeli disesuaikan dengan jumlah siswa. Siswa kami saat ini ada 370, berarti buku wajib disediakan 370 buku. Hitungannya tiap tingkatan kelas ada 10 judul buku. Di luar buku-buku yang diwajibkan dibaca ini, perpustakaan tetap menyediakan buku-buku lainnya. Wajib baca ini hanya mendorong siswa cinta (baca) buku.

Kira-kira desain gerakan literasi di madrasah kami seperti itu. Ke depan jika dalam pelaksanaannya bagus akan terus dikembangkan misalnya mengadakan arisan buku, komunitas book lovers, dsb. Semoga gerakan literasi ini bisa melahirkan sisw

a-siswa yang suka (membaca) buku, kritis terhadap informasi, dan akhirnya menjadi siswa yang tidak gagap memasuki era informasi yang satu sisi makin mengosongkan makna ini.

Matorsakalangkong

Pulau Garam | 26 Juli 2013