Posted by rampak naong - -

diunduh dari google

Demokrasi liberal paska reformasi di negeri kita ditandai oleh kegandrungan memperjuangkan hak. Banyaknya aksi demo, atau yang paling sering, gerutuan, umpatan, makian selalu muncul di mana-mana ketika haknya kesenggol. Hak telah menjadi raja, kepada siapa nafsu kita dipersembahkan.

Apesnya, sesuai rahim demokrasi liberal yang melahirkannya, hak yang diperjuangkan sebatas hak individu. Begitu ekstremnya, kadang ketika memperjuangkannya kita melipat kepentingan banyak orang. Bahkan orang yang sudah terpinggirkan.

Mari kita tanyakan. Masih adakah kepentingan bersama saat ini? Pertanyaan ini tidak akan menafikan keindahan kebersamaan yang tengah susah-payah dirawat oleh sebagian masyarakat kita. Saya tegaskan masih ada. Tetapi, fakta telanjang juga menunjukkan bahwa kebersamaan makin langka. Sesulit mencari penjual es di malam buta.

Tak usah cari pada elit negeri ini. Bukan saya tidak percaya. Bukan saya pesimis. Laku para elit  jarang yang menunjukkan empati kebersamaan. Mereka lebih senang menajamkan belati untuk menjadi senjata dalam pertikaian abadi. Meski mereka bungkus atas nama demokrasi , konstitusi, ideology yang semuanya sangat liberal. Ujung-ujungnya yang diperjuangkan adalah ego yang secara manis dibungkus rapi dalam term hak.

Saya lebih percaya pada rakyat. Pada kita bersama. Jika kita mampu menghidupkan mimpi bersama banyak hal yang bisa kita lakukan. Kebersamaan yang dilakukan dari bawah dengan hunjaman akar yang kokoh akan menjadi kekuatan dahsyat. Menjulang ke atas  hanya tinggal menunggu waktu, tanpa harus menunggu para elit memulainya dari atas.

Tetapi kebersamaan mensyaratkan satu hal. Stop bicara hak individual. Tarik diri keluar dari lilitan hak individu, kemudian jangkarkan diri pada hak yang lebih luas, hak banyak orang. Dan itu bisa kita lakukan, jika kita bisa menyembelih ego kita bersama-sama.

Jika kita keluarga, mari bunuh ego kita untuk bisa membangun mimpi bersama sesama anggota keluarga. Saling memarbtatkan anggota keluarga, akan mejadikan trust dalam keluarga hidup. Dari trust itu akan muncul rasa aman, kasih sayang, saling berbagi, sehingga nanti akan muncul generasi yang peduli. Ya anak-anak kita sendiri.

Jika kita anggota masyarakat, jangan menutup diri. Merapatkan pintu rumah untuk saling berbagi dengan tetangga. Sekedar kerja bakti bersama, ronda bersama, kelompok simpan bersama, aksi social bersama dan seterusnya adalah media yang tepat untuk menghidupkan mimpi bersama. Mimpi membangun kesetiakawanan social yang makin tergerus oleh tuntutan hak individu.

Momentum hari raya kurban saat yang tepat bagi kita untuk menyembelih ego kita. Menyusupkan kembali semangat kebersamaan dalam kehidupan bangsa kita yang kian terserak-serak.  Jika mau, pasti kita bisa. Insya Allah.