Posted by rampak naong - -

google.com
Teman saya, seorang guru yang juga menjadi pengurus partai politik, bercerita tentang kehidupan keluarganya. Awalnya, sama sekali kami tidak membicarakan itu. Tetapi tiba-tiba ia mengeluarkan  beban yang selama ini menghimpit hidupnya, “istriku  terperangkap faham keagamaan radikal,” katanya dua hari yang lalu kepada saya.

Teman saya baru empat tahun  membina rumah tangga. Sampai saat ini masih belum dikaruniai anak. Istrinya saat ini merupakan istri yang kedua, setelah istri pertamanya meninggal akibat penyakit kanker yang dideritanya. Setelah meninggal beberapa tahun kemudian ia menikah lagi.

Dari istri pertama ia memiliki seorang anak laki-laki yang sudah menginjak remaja. Allah menguji kesabaran teman saya ini, anaknya pada bulan  puasa kemarin meninggal dunia akibat kecelakaan ketika sedang mengendarai motor.

Awalnya, bersama istri kedua, kehidupan keluarganya berlangsung bahagia. Mendadak sejak setahun yang lalu, kehidupan keluarganya berubah. Itu berawal ketika tanpa sepengetahuannya dan seijinnya istrinya ikut kelompok pengajian yang menyebarkan faham radikal.

Kebetulan teman saya mengajar di tempat yang jauh yang kadang-kadang memaksanya untuk menginap satu atau dua malam di tempat mengajarnya. Ketika tidak ada suaminya inilah kesempatan digunakan oleh istrinya mengikuti kelompok pengajian yang menyebarkan faham radikal.

Dia sendiri tidak percaya. Menurutnya, baru 3 bulan saja ikut kelompok pengajian itu, otak istrinya seperti dicuci. Perubahannya sangat drastis. Setiap saat istrinya selalu membaca buku-buku dan mendengar ceramah agama melalui kaset yang dibagikan secara gratis oleh kelompok pengajiannya. Makin lama ternyata  pemahaman keagamaan istrinya semakin “garang”. 

Sejak itu, mulailah benturan faham dalam keluarganya timbul. Istrinya selalu menyalahkan faham keagamaan moderat yang dianut teman saya ini. Satu misal, menurut istrinya negara Indonesia yang menganut system demokrasi adalah kufur. Dan teman saya yang kebetulan menjadi pengurus partai politik juga kufur, karena partai politik merupakan pranata dari system demokrasi yang kufur.

Tidak itu saja, amaliah keagamaan teman saya, juga dianggap bid’ah (mengada-adakan amaliah yang tidak dicontohkan rasulullah). Kebetulan, ketika anaknya meninggal sebagaimana lazimnya banyak orang, ada tahlil di rumahnya. Nah, tahlil itu bid’ah.” Dan bagi orang yang melakukukan bid’ah tempatnya di neraka,” kata istrinya sambil menyitir sebuah hadits.

Praktis kata teman saya, sejak setahun lalu, kehidupan keluarganya penuh konflik. Tiada hari dan waktu tanpa konflik. Konflik ini demikian menyita pikirannya dan membuatnya kehidupan keluarganya tidak tenang. Sangat bertolak belakang dengan tujuan berkeluarga, sebagai tempat menyemai kedamaian dan  kasih sayang. 

Sebagai penganut keagamaan moderat teman saya sudah mencoba untuk toleran. Suatu hari ia bilang sama istrinya, “ok tidak apa-apa kita berbeda faham, silahkan kamu dengan fahammu, dan aku tetap dengan fahamku. Yang penting kamu berhenti menyalahkan fahamku dan berhenti menganggap fahammu sebagai paling benar,” katanya kepada sang istri. Sayang, istrinya tetap bersikukuh dengan pandangannya, bahwa faham suaminya salah, dan faham keagamaan radikalnya yang benar. 

Ia bilang sama saya, “Saya menikah ingin mencari ketenangan hidup. Jika dalam hitungan bulan, istri saya tidak berubah, saya akan memutuskan untuk bercerai. Untungnya, saya sama istri ini masih belum dikarunia anak. Allah Maha Tahu sehingga kami tidak dikarunia anak. Jika punya anak, tentu saja masalahnya akan rumit,” katanya dengan suara berat.

Saat ini, teman saya sudah pisah rumah dengan istrinya. Saya melihat sepertinya pelik bisa bersatu lagi, karena menurut pengakuannya, istrinya lebih memilih cerai ketimbang keluar dari kelompok pengajian radikal. Cuma satu hal yang saya lihat darinya, wajahnya tetap memancarkan kesabaran menghadapi musibah bertubi-tubi, istri pertamanya meninggal, kemudian disusul anaknya, dan sekarang mengalami musibah karena istri keduanya terperangkap dalam jaringan keagamaan radikal. Semoga ada jalan keluar kawan.