Dalam jangka panjang, sebuah komunitas rentan bubar. Apalagi KIPAS ini memang sifatnya sukarela. Boleh masuk juga boleh pergi. Meski mereka diikat oleh kesamaan harap dan tujuan, tetapi kadang itu tidak menjamin.
Mengantisipasi ini, ibu-ibu memiliki resep cerdas. Dua resep sekaligus disepakati. Pertama, mereka menyepakati arisan. Jadi arisan dibuat sebagai pengikat agar komunitas ini tidak bubar. Arisan diundi setiap minggu sehabis do’a bersama atau sehabis sharing.
Arisannya tidak besar. Hanya 2 ribu perak setiap kali pertemuan. Maklum, komunitas ini mayoritas memang diikuti oleh ibu-ibu dari lapisan menengah ke bawah. 2 ribu ini hasil kesepakatan. Seperti ambang batas kecukupan sebagai syarat pengikat sebuah komunitas untuk tidak bubar.Arisan ini sudah berlangsung lebih satu tahun, sesuai usia KIPAS.
Kedua, cara yang baru diujicobakan bulan ini yaitu, simpan-pinjam. Modal mereka peroleh dari hasil “pinjam” kepada TK. Sebenarnya uang ini, uang ibu-ibu juga. Karena uang yang dipinjamkan TK, sebenarnya uang tabungan anak-anak mereka. Untuk awal, besar modal yang mereka pinjam “hanya” 2 juta rupiah.
Ada gula, banyak semut. Ada uang, banyak yang mau pinjam. Demi kepastian pengelolaan keuangan, maka disepakati aturan mainnya. Aturan main dilakukan secara partisipatif. Aturan main dibuat untuk menjamin uang yang dipinjam tidak macet. Sebagian aturan mainnya sebagai berikut :
• Setiap peminjam tidak boleh meminjam lebih dari 200 ribu
• Setiap peminjam harus melunasi pinjamannya dalam waktu satu bulan, dan bisa dicicil setiap pertemuan mingguan
• Pinjaman tidak ada bunganya. Setiap peminjam hanya dianjurkan untuk memberi seikhlasnya
• Peminjaman dilakukan secara bergilir dengan melihat kemendesakannya
• Setiap peminjam yang sudah pinjam di bulan sebelumnya, boleh meminjam kembali, selama tidak ada peminjam baru
Perkembangan simpan-pinjam ini belum bisa dievaluasi hasilnya. Berhubung baru dilakukan 3 minggu yang lalu. Tetapi saya melihat ada kebahagiaan di wajah ibu-ibu. Setidaknya kegiatan simpan-pinjam ini memudahkan mereka ketika diteror kebutuhan dadakan. Entah ketika anaknya sedang sakit. Entah ketika hasil panen tak sepenuhnya sesuai harapan. Entah untuk menambah modal usaha kecil-kecilan mereka. Atau ketika ternak mereka belum berani dijual, karena harga sedang jatuh.
Inilah KIPAS. Sebuah komunitas ibu-ibu desa yang gigih melawan keterbatasan. Sekali mendayung, 3 pulau terlampaui. Berdo’a untuk keshalehan anak, sharing tentang parenting education, serta belajar memulai memandirikan ekonomi. Lho, bapak-bapak pada kemana ya?
Sumenep, 19 november 2010
Posting Komentar