Posted by rampak naong - -

kompas.com
Pikiran iseng saya muncul ketika prestasi timnas ahir-ahir ini memuncahkan kembali semangat nasionalime. Adakah kelompok tertentu di Indonesia yang  tidak terpengaruh dalam hiruk-pikuk nasionalisme ala sepakbola?
Saya yakin ada. Setidaknya jika hal ini dicermati dari ideologinya. Siapakah itu? Pengusung isu khilafah. Entahlah, jika dalam realitas keseharian (anggota) kelompok ini memang suka bola. Jika ini benar, saya yakin pengusung isu khilafah di Indonesia akan mensupport timnas. Masa dukung Malaysia?
Kenapa nasionalisme mereka tidak memuncah? Sekali lagi ini problem ideologi. Pengusung isu khilafah justru berkehendak melelehkan batas-batas nation-state. Mencairkan nasionalisme. Dan meleburnya dalam satu kepemimpinan politik yang mereka sebut, (sistem) khilafah.
Ideologi ini mengandaikan ada kepemimpinan tunggal yang harus menyatukan negara-negara Islam/negara-negara muslim se dunia. Kira-kira setunggal dengan gagasan pan islamisme-nya al-Afghani. Satu bentuk romantisisme sejarah yang hendak menghadirkan khalifah di alam demokrasi kini.
Beralasan jika dalam kampanye ideologi mereka sering menyebut sistem demokrasi yang dipraktekkan banyak negara muslim sebagai kufur. Termasuk demokrasi pancasila – yang oleh masyarakat Indonesia dianggap common flatform yang merekat kemajemukan bangsa Indonesia—bagi  mereka juga sistem yang kufur. Meski mereka sendiri (boleh) tinggal di Indonesia lho.
Bicara ideologi memang ruwet. Tetapi dalam keseharian sering kali ada kesederhanaan. Tidak melulu hitam-putih. Ada humor, lelucon, joke, bahkan terkadang paradok. Itulah satu siasat yang paling manusiawi untuk menumpangtindihkan sesuatu yang ruwet itu. Setidaknya menertawai diri sendiri untuk keluar dari keruwetan hidup, termasuk kehidupan ideologi.
Nah, ideologi kawan-kawan pengusung isu khilafah  justru mendapat  ajakan berdialog santai oleh nasionalisme ala sepakbola. Nasionalisme yang menghibur. Saya menyebutnya sebagai natiotainment –meminjam istilah infotaintment yang sudah ditempatkan dalam bawah alam sadar masyarakat Indonesia.
Jadi, mari kita bersama-sama berdo’a untuk kemenangan timnas pada leg pertama putaran final di Malaysia, besok. Soal nasionalisme yang ruwet-ruwet kita diskusikan lain hari saja. Atau tak perlu didiskusikan karena NKRI sudah final (?).

Salam nasionalisme