ruangkumemajangkarya.wordpress.com |
"Tepkotep cellot" (secara harfiah melempar tanah lempung ke tembok) adalah majaz dalam kearifan madura yang biasanya disampaikan orang tua kepada anaknya yang tiada kunjung kembali ketika disuruh membeli rokok, misalnya. Persis seperti "cellot" atau tanah lempung yang dilempar ke tembok akan lengket dan tidak kembali kepada pelemparnya.
Kearifan ini dalam konteks sekarang sepertinya masih relevan meski harus direaktualisasi. Perlu tafsir baru biar segar. Saya rasa majaz tidak hanya berlaku untuk anak sebagaimana orangtua dulu selalu menggunakannya, tapi juga bisa menggambarkan para wakil rakyat yang tidak pernah kembali kepada rakyat yang diwakilinya. Meski para wakil rakyat apakah presiden, gubernur, bupati, wali kota, kepala desa, atau anggota legislatif sejak pusat hingga daerah selalu bilang menjalankan mandat rakyat, tapi mereka tidak benar-benar kembali ke rakyat. Terlalu banyak bagi saya dan Anda untuk menyebut contoh bawa mereka sebenarnya gambaran dari "tepkotep cellot".
Demikian juga cerdik pandai, para mahasiswa, atau orang yang mengaku terdidik banyak yang tidak "kembali" ke akarnya; rakyat, desa, petani, tanah leluhurnya, dsb. Pada hal dulu ketika menimba ilmu mereka dilepas sama orang tuanya, rakyatnya, desanya, petaninya, dan tanah leluhurnya. Setelah "sukses" mereka lelap dalam kenikmatan hidup dan petualangan pemikiran yang sepenuhnya lepas dari "akar". Inilah contoh sempurna dari dari apa yang saya istilahkan "well tepkotep cellot educated".
Yang paling relevan 'tepkotep cellot' ini bisa menggambarkan situasi sekarang dimana banyak orang, pihak, dan kelompok yang melupakan ibu pertiwi dan the founding fathers negeri ini. Sudah dibilang "hubbul wathan minal iman" (cinta tanah air sebagian dari iman) eh.. mereka gak mau kembali. Malah justru sibuk dengan mainan baru yang bikin lupa sama ibu pertiwinya, membangun ideologi transnasional, liberal maupun radikal.
Dari Madura saya hanya berdo' a semoga bangsa ini tidak menjadi bangsa "tepkotep cellot"
Matorsakalangkong
Pulau Garam l 26 Januari l 2017
Posting Komentar